Melihat apa yang terjadi dengan Bahasa Indonesia sekarang ini saya sangat prihatin, betapa tidak, bahasa yang telah memersatukan seluruh Indonesia ini makin hari makin merana, orang orang seakan akan malu memakai Bahasa Indonesia atau mungkin hanya sekadar alasan gengsi, mereka lebuh suka bahasa orang.
Anehnya lagi perilaku seperti ini justru dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan, walaupun tak semuanya, Orang orang
"tingkat atas" dan orang yang sudah dikenal luas oleh masyarakat. Tengoklah dalam pemberian nama anak, nama perumahan, atau bahkan nama program pemerintah sekalipun.
Saya akan megambil sedikit dari sekian banyak contoh yang bisa kita jumpai, mungkin rekan-rekan bisa menemukan contoh lainnya.
- ISL (Indonesia Super League)
- Propert Test
- 60 Minutes
- Take me out
- Living Square..
Coba, kalau disimak semua contoh tadi adalah hasil dari orang berpendidikan, kalau memang seperti ini terus mau jadi apa Bahasa Indonesia, bukankah lebih baik memakai Bahasa Indonesia dan sekaligus sebagai sebuah keunikan tersendiri, sekaligus sebagai pertanda bahwa ini adalah kepunyaan Indonesia. Contoh yang paling mudah adalah Bali dan Monas (monumen Nasional), sekilas setelah orang mendengar kata itu tentu dalam pikirannya akan langsung merespon dengan wisata terkenal di Indonesia dan Tugu di Jakarta, dan tidak akan tertuju ke yang lain kecuali kalau ia orang bodoh dan nggak tahu apa-apa, karena di lain dunia sekalipun nggak ada nana itu selain di Indonesia, dan itulah nilai keunikan sebuah nama.
Contoh lain kita akan ke luar negeri, kita telah akrab dan mengenal kata Premier League, Serie A, La Liga, Eredevisi, dan Bundesliga. semuanya adalah nama kompetisi sepak bola dan nama itu diambil dari bahasanya masing-masing, nama itu telah menunjukkan kita dimana lokasinya.
Terus Bagaimana dengan Indonesia?
Kalau saya nggak salah dulu pernah ada sebuah peraturan yang mewajibkan pemakaian nama Indonesia untuk semua nama gedung, nama jalan, dan nama yang lain, bagi yang sudah terlanjur menggunakan ama dari bahasa orang mereka akan diberi tenggang waktu 30 hari untuk merubah namanya dengan nama Indonesia, tapi semua itu ternyata yelah hilang ditelan waktu, entah mereka bener-bener nggak tahu atau nggak mau tahu saya nggak ngerti.
Terus bagaimana solusinya?
Langkah pertama tentunya dari pemerintah untuk memberlakukan lagi peraturan yang pernah diterbitkan menyangkut pemakaian Bahasa Indonesia ini, sekaligus adanya sanksi yang tegas dan jelas untuk pihak-pihak yang melanggar. Mungkin pertama akan banyak pro dan kontra karena orang-orang telah terlanjur mengenal dengan nama dari bahasa orang lain, tapi saya yakin akan lebih banyak pihak yang setuju dengan keputusan ini, karena ini menyangkut perkembangan Bahasa Nasional kita. Terus bagaimana pendapat rekan-rekan semuanya? setujukah dengan tulisan saya?
gambar diambil dari
citrajourney
Apa yang saya sukai dari mozilla firefox? disamping sangat user friendly browser ini juga mendukung addons yang bisa dikustomisasi dari pihak ketiga, jadi sangat mungkin terjadi antara satu user dan user yang lain menggunakan mozilla firefox dengan face/tampilan yang berbeda, tergantung dari keperluan dan selera dari si user tersebut, misalnya milik saya yang sudah saya tambahkan addons untuk bisa login ke berbagai situs dengan beberapa username yang berbeda secara bersamaan.
