rifaabe

Masalah "Gengsi" di Bahasa Indonesia

Tulisan ini memang khusus saya buat sebagai bentuk keprihatinan tehadap bahasa yang kian hari kian tenggelam, sekaligus dalam rangka memperingati hari kebangkitan nasional. Harusnya tulisan ini sudah saya posting kemarin, tapi karena suatu hal baru bisa di publish sekarang.

Sungguh ironi, sebuah bangsa yang kaya akan kebudayaan dan keanekaragaman bahasa justru dirusak oleh masyarakatnya sendiri. Tapi yang saya sayangkan justru kelakuan ini berawal dari sekelompok golongan yang sudah memiliki nama, alias sudah dikenal masyarakat luas. Lihatlah tren yang terjadi di masyarakat, baik mulai gaya berbicara, pakaian, ataupun gaya hidup, semuanya telah terpengaruh dengan gaya orang ternama yang sebenarnya gaya itu belum tentu sesuai dengan keadaan di sekitar kita.

Lebih spesifik lagi, penggunaan bahasa Indonesia yang sudah mulai luntur justru diawali dari orang-orang yang bisa dikatakan sudah mengenyam pendidikan, sebagai perumpamaan, lihatlah nama-nama gedung, atau perumahan di Jakarta, sebagian besar nama-nama itu telah menggunakan bahasa asing. Dan justru nama itu lahir dari orang-orang yang murni “anak’ Indonesia. Fenomena ini setiap hari semakin berkembang saja, tidak hanya di Jakarta, di sekitar kita pun tanpa kita sadari telah tertular sindrom ini, pemberian nama anak dengan nama-nama asing seolah-olah lebih disenangi daripada kita harus memberikan nama dengan nama-nama yang berasal dari daerah sendiri, padahal belum tentu nama itu pantas.


Hal ini jelas luput dari perhatian kita yang terlalu sibuk dengan aktifitas sehari-hari, padahal kejadian ini dapat menghilangkan rasa patriotisme dalam diri anak-anak sebagai generasi penerus negeri ini. Seandainya kita lebih peka dengan keadaan ini kita bisa memberikan solusi sebelum terlanjur merebak lebih jauh.

Terlepas dari siapa yang harus bertanggung jawab, pemerintah agaknya enggan menyikapi hal ini, mereka lebih memilih ke sektor lain, padahal saya yakin mereka tahu bahwa masalah ini bisa menggerogoti jiwa patriotisme generasi penerus, seharusnya mereka mengambil langkah-langkah kongkret untuk menumbuhkan kembali rasa nasionalisme yang kian hari kian hilang. Saya sangat menyetujui jika dulu pemerintah membuat peraturan tentang penggunaan Bahasa Indonesia untuk nama-nama gedung, pekantoran, pusat perbelanjaan dan perumahan. Dan mereka memberikan waktu untuk mengubah nama yang telah terlanjur menggunakan bahasa asing dengan Bahasa Indonesia. Tapi setelah sekian lama berlalu, mengapa peraturan ini seolah hilang ditelan waktu, dan ujung-ujungnya kembali lagi nama asing lebih mendominasi di Indonesia.

Lihatlah perbedaan antara “Square Living….” dengan “Pantai Indah Kapuk” , keduanya adalah nama dari perumahan mewah di Jakarta. Perbebaan yang sangat kontras antara nama asli Indonesia dengan nama asing, dan menurut sudut pandang saya justru nama Pantai Indah Kapuk lebih memiliki kharisma dibandingkan dengan Square Living…., dan coba ucapkanlah, kata mana yang lebih mudah kita ucapkan?

Mungkin sudah selayaknya kita perlu menerapkan kembali nama-nama Indonesia dalam berbagai bidang, tak perlu risau walaupun dengan nama indonesia jika kita memiliki kualitas yang mumpuni, maka dunia akan lebih mengakui bahasa kita daripada menggunakan bahasa asing tetapi kualitas nol.

Sekarang saatnya kita berubah, karena biar bagaimanapun masalah ini adalah tanggung jawab kita bersama. Kita harus mampu menjadikan Bahasa Indonesia lebih diakui di dunia internasional, jangan hanya kurpsi saja yang kita tunjukkan tapi kiya juga harus tunjukkan bahwa kita memiliki bahasa pemersatu yang sangat-sangat solid.

rifaabe

About rifaabe -

Anda telah membaca artikel berjudul Masalah "Gengsi" di Bahasa Indonesia
Terima kasih sudah mampir dan singgah di blog ini, silakan beri kritik saran yang membangun untuk kebaikan dan kemajuan blog ini.

Berlangganan Artikel Blog via Email :

12 blogger-facebook

Write blogger-facebook
22 Mei 2009 pukul 19.26 delete

Pertamaxxx kah???
Postingan yang bagus mas. Memang lebih baik memaksimalkan bahasa Indonesia dari pada memakai bahasa luar tapi masih belepotan seperti saya. hik..hik..

Reply
avatar
edylaw
AUTHOR
23 Mei 2009 pukul 02.31 delete

Aku jarang make bahasa luar. semenjak merantau lbh sering pake bhs indo neh :D
Kalau di kampung pake bhs indo malah di bilang sombong :P

Reply
avatar
Baladika
AUTHOR
24 Mei 2009 pukul 00.49 delete

aku lupa... bahasa indo,,, lupa-lupa inget, ingetnya cuman C Am Dm Ke G Ke C lagi :D

Reply
avatar
24 Mei 2009 pukul 17.25 delete

He,he sy juga slh satu pengguna broken Indonesia..

Reply
avatar
peluang uang
AUTHOR
25 Mei 2009 pukul 06.22 delete

yup..
budayakan menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar...

Reply
avatar
che_3z
AUTHOR
25 Mei 2009 pukul 20.17 delete

Bner bgt nih..budaya bahasa kita sudah terkontaminasi budaya2 luar..khusunya dari barat.
Hiks..ironis sekali.

Reply
avatar
rifaabe
AUTHOR
26 Mei 2009 pukul 06.14 delete

Thanks semua yang sudah komen

Reply
avatar
duniaindah
AUTHOR
29 Mei 2009 pukul 11.47 delete

bagus banget, saatya kembali ke budaya sendiri ^_^

Reply
avatar
Blackbird
AUTHOR
11 September 2009 pukul 17.33 delete

karena terlalu lama dijajah oleh bangsa asing jadi masyarakat indonesia udah ga bisa membedakan mana yang loyang mana yang emas.. saatnya kembali ke budaya asli tanpa harus pake gengsi

Reply
avatar
12 Februari 2010 pukul 10.24 delete

Read Online Manga Naruto complete series along with updated chapters each week and downloaded freely to determine the plot of the exciting

Reply
avatar
SITUS KENCAN
AUTHOR
8 November 2012 pukul 22.24 delete

Hello there, You have done a fantastic job. I will certainly digg it and personally suggest to my friends. I am confident they will be benefited from this website.

Reply
avatar
kiki
AUTHOR
3 Agustus 2013 pukul 14.13 delete

Informasinya menarik sekali makasihnya atas informasinya
semoga suksesnya....

Reply
avatar